Kamis, 31 Oktober 2013

KutipanKutipan Darwis "Tere Liye"

Sedikit prolog mengenai hobi membaca saya yaaaa...
Sejak kecil saya sudah terbiasa untuk membaca. Membaca apa saja, tetapi tetap saat membaca pelajaran, "agak sedikit membosankan" *yaps, saya belum menemukan cara yang jitu untuk mengasyikan membaca buku pelajaran..hehehe
Masih ingat dengan jelas, ketika saya kecil yang hobi berlangganan dengan dokter gigi di puskesmas dekat kantor mamah saya. Saat menunggu giliran untuk diperiksa, mamah selalu mengajak saya untuk mengunjungi perpustakaan di samping puskesmas tersebut.
Saat SD, saya sudah membaca karyakarya Hamka, tetapi tetap ko saya suka sekali dengan Paman Gober,,hehe
Saat itu lah saya suka dengan cerita2 berbau detective, seperti Agatha Christie, lalu memasuki bangku SMP saya menemui cerita comic detective yang bagus, yaitu Conan. :D

Hafalan Sholat Delisa, jauh sebelum film nya di buat saya membaca novel pertama dari penulis Tere Liye. Cerita yang sederhana, namun banyak sekali pesan di dalamnya. Saya semakin candu dengan novel2 karya Tere Liye.Banyak kalimat yang menurut saya benar2 bagus. Dan yang lebih penting, dia selalu memasukkan unsur2 keagamaan atau hikmah dalam setiap karya nya. Tidak melulu berbicara tentang cinta, tapi diselipkan juga pandangan dari sisi agama.
Tere Liye, salah satu penulis Indonesia yang saya sukai..
Berikut beberapa kutipankutipan dari karya karya nya :

"Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar."

* Tere Liye, novel "Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah"

 “Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.
Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

*Tere Liye, novel "Negeri Di Ujung Tanduk",

Cinta, perasaan suka, dan sejenisnya, memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kita, umumnya, lebih sering menggunakan 'pintu mata'.
Tetapi orang2 yg paham, selalu menggunakan 'pintu hati' dalam bentuk cinta, rasa suka manapun.

--Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya" & "Sepotong Hati yg Baru"

“Benarlah. Jika kalian sedang bersedih, jika kalian sedang terpagut masa lalu menyakitkan, penuh penyesalah seumur hidup, salah satu obatnya adalah dengan menyadari masih banyak orang lain yang lebih sedih dan mengalami kejadian lebih menyakitkan dibandingkan kalian. Masih banyak orang lain yang tidak lebih beruntung dibandingkan kita.
Itu akan memberikan pengertian bahwa hidup ini belum berakhir. Itu akan membuat kita selalu meyakini: setiap makhluk berhak atas satu harapan.”

*Tere Liye, novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"

Kita tidak bisa memilih orang tua, tidak bisa memilih terlahir dari keluarga kaya raya, raja2, orang tua ganteng-cantik dan sebagainya.
Tapi bukan berarti kita tidak bisa memilih mensyukuri keluarga kita saat ini. Selalu ada alasan kenapa hidup kita begini atau begitu. Dan kalau kita tidak paham, bukan berarti lantas Tuhan tidak adil.

--Tere Liye, novel "Rembulan Tenggelam Di Wajahmu"

“Itu benar, terkadang bagi pasangan yang saling mencintai, kepergian salah satunya bisa berarti kehilangan separuh jiwa—termasuk kehilangan separuh kesegaran fisik.”

--Tere Liye, novel "Ayahku bukan Pembohong".
 
 
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar